Rabu, 12 Oktober 2016 / 21:54 WIB
JAKARTA. Saham-saham blue chip menjadi incaran manajer investasi sebagai aset dasar reksadana. Salah satunya, Henan Putihrai Asset Management (HPAM) yang mengoleksi saham ini untuk mengerek return reksadana kelolaannya, HPAM Syarih Ekuitas.
Direktur
HPAM Markam Halim mengatakan pihaknya menerapkan strategi mengoleksi
saham-saham blue chip seperti Astra International, Telekomunikasi
Indonesia ataupun Unilever Indonesia.
Adapun sektor saham yang
menjadi pilihan antara lain sektor tambang. Sektor ini diyakini masih
memiliki ruang untuk tumbuh setelah mengalami penurunan dalam. Selain
itu, HPAM juga masuk ke sektor properti.
"Penurunan pasar saham
pada tahun lalu terjadi di semua sektor, sehingga kami percaya akan
terjadi peningkatan melalui saham-saham blue chip," ujar Markam,
Jakarta, Rabu (12/10).
Mengutip fund factsheet Agustus 2016, reksadana ini mayoritas memutar pada aset dasar saham sekitar 71%. Sedangkan sisanya pada kas sekitar 29%.
Reksadana
memiliki kebijakan investasi leluasa memutar aset dasar pada saham
minimal sebesar 80%. Lalu, maksimal 20% pada kas dan maksimal 20% pada
pasar uang.
Berdasarkan alokasi sektor, produk ini memutar aset
dasar pada sektor trade dan services, consumer goods dan infrastructure.
Lalu, sektor property, basic industry, miscellaneous industry serta
sektor mining.
Menilik Infovesta Utama, produk ini membagikan
return 17,81% pada satu tahun terakhir per 11 Oktober 2016. Angka
tersebut lebih tinggi ketimbang rata-rata return reksadana
saham atau Infovesta Equity Fund Index yang sebesar 14,05% pada periode
yang sama. Demikian juga dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang
berkinerja 17,27%.
Adapun alokasi aset terbesar antara lain
pada saham Waskita Karya (WSKT), saham PP London Sumatra Indonesia
(LSIP) dan PT Unilever Indonesia (UNVR). Juga, saham AKR Corporindo
(AKRA) serta Adaro Energy (ADRO).
Markam memperkirakan hingga
akhir tahun produk ini bisa membagikan return sekitar 27%. "Apabila
tidak ada hal-hal di luar dugaan seharusnya bisa mencapai 27%, ditopang
oleh kenaikan saham blue chip serta ditambah beberapa saham second
liner," ujar dia.
Investor bisa merogoh kocek Rp 500.000 untuk minimal investasi. Produk ini mengutip subscription fee maksimal 2% dan redemption fee maksimal 5%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar